Pemuda dan Sosialisasi
A. Pengertian Pemuda
Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat.
Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial. Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan pandangan hidup yagn dianut masyarakat. Sebagai mahluk individual artinya tidak melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi disertai ras tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.
Studi Kasus :
Masalah Pemuda dan Pemerintah
Masalah yang dialami pemuda sekarang, merupakan cermin dari ketidak mampuan pemerintah dalam membagun sistem pendidikan yang memadai. Kenapa sistem pendidikan? Secara hirarki, Departemen Pendidikanlah yang bertanggung jawab atas keberlangsungan Pendidikan Indonesia, yang tujuannya menyediakan suplai manusia-manusia unggul dan produktif. Akan tetapi, karena sistem yang ada pada Departemen Pendidikan, sangat kacau, tidak pernah permanen. Setiap ganti menteri, kebijakan selalu berubah. Ini adalah sebuah penyakit! Logikanya, siapapun yang membuat sistem, yang tujuannya untuk menyelesaikan sebuah persoalan, namun jika sistem yang dibuat, dipakai, tidak memperhatikan anatomi permasalah yang mendasar, bisa dipastikan, sistem tersebut hanya akan menambah persoalan. Itulah yang terjadi pada Departemen Pendidikan Nasional kita saat ini. Salah satu contohnya aturan kelulusan yang disyaratkan Departemen Pendidikan adalah rata-rata nilainya, 4,26.
Menurut saya, bahwa apa yang menjadi syarat kelulusan merupakan sesuatu yang aneh. Serendah itukah, nilai sebuah intelektualitas? Kelulusan hanya dinilai dengan angka. Lumayanlah, jika memang nilai itu murni hasil kerja sendiri, namun jika nilai yang didapatkan dengan cara menukar sejumlah uang, bagaimana? Padahal masih ada instrument lain yang bisa dijadikan oleh Departemen Pendidikan dalam menentukan lulus tidaknya seseorang misalnya: melihat akhlaq yang bersangkutan, apakah baik atau tidak. Misalnya, dengan melihat bagaimana bacaan Qur’an yang bersangkutan, jika dia seorang muslimin atau muslimah, sesuai dengan hukum-hukum tajwid atau tidak. Mengapa Departemen Pendidikan hanya mementingkan “nilai” dunia, yang bisa diperjual-belikan, bisa dikatrol, dan tidak coba melakukan trobosan dengan sesuatu yang baru, seperti contoh di atas.
Opini dan Saran :
Menurut saya, tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sudah cukup bagus. Akan tetapi apa jadinya, jika ada ada lulusan yang sangat cerdas dan memiliki kemampuan berfikir yang bagus, akan tetapi perilakunya tidak baik, bisa saja, dengan kecerdasaanya di melakukan hal-hal yang terlarang, seperti korupsi misalnya. Jadi saran saya sebaiknya pemerintah harus melihat kemampuan seseorang bukan hanya dr luarnya saja, tetapi juga harus melihat dari kepribadiannya.
Menurut saya, tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sudah cukup bagus. Akan tetapi apa jadinya, jika ada ada lulusan yang sangat cerdas dan memiliki kemampuan berfikir yang bagus, akan tetapi perilakunya tidak baik, bisa saja, dengan kecerdasaanya di melakukan hal-hal yang terlarang, seperti korupsi misalnya. Jadi saran saya sebaiknya pemerintah harus melihat kemampuan seseorang bukan hanya dr luarnya saja, tetapi juga harus melihat dari kepribadiannya.
Sumber : http://isramrasal.wordpress.com/2009/10/30/pemuda-dan-sosialisasi/
http://www.syababhidayatullah.or.id/artikel/opini/103-masalah-pemuda-dan-pemerintah
http://www.syababhidayatullah.or.id/artikel/opini/103-masalah-pemuda-dan-pemerintah
B. Pengertian Sosialisasi
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/1280393185/pelajar-pengguna-narkoba-terus-naik
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Hubungan antara pemuda dan sosialisasi adalah proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses sosialisasi berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
Jadi jelaslah sekarang keragaman pemuda Indonesia dilihat dari kesempatan pendidikannya serta dihubungkan dengan keragaman penduduk dalam suatu wilayah, maka proses sosialisasi yang dialami oleh para pemuda sangat rumit. Sehubungan dengan perkembangan individu pemuda itu sendiri dan dalam rangka melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, maka pengalaman-pengalaman yang dialainya itu kadang membingungkan dirinya sendiri.
Studi Kasus :
Pelajar Pengguna Narkoba Terus Naik
Jumlah pelajar dan mahasiswa pengguna narkotika dan obat-obatan berbahaya di Indonesia diperkirakan terus meningkat, kata sebuah LSM pendampingan pecandu narkoba, Yayasan Intan Maharani. Menurut data yang dihimpun lembaga swadaya masyarakat itu, pada 2009 sekitar 37 persen dari 3,6 juta pengguna narkoba di seluruh Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa, naik dari jumlah pada 2003 yang hanya 18,3 persen.
Syahri, Dirut Yayasan Intan Maharani dalam penyuluhan bahaya narkoba bagi kalangan pelajar Sekolah Menengah Umum se-Sumsel Angkatan I di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis, mengatakan, lima tahun lalu dari 100 orang di Indonesia yang menggunakan narkoba hanya 1,5 persen. Namun, sekarang sudah mencapai 1,9 persen, katanya.
"Di beberapa kota besar khususnya Jakarta bahkan mencapai sudah mencapai empat persen. Artinya dari 100 orang yang berkumpul, empat orang diantaranya pernah atau masih mengonsumsi narkoba," kata dia. Dia melanjutkan, berdasarkan hasil survey lembaganya, rata-rata pengguna narkoba dari kalangan pelajar memulai berhubungan dengan narkoba dari hanya coba-coba atau iseng belaka. "Sebagian dari mereka yang mengonsumsi barang terlarang tersebut karena diajak teman sebayanya dengan maksud awal hanya sekedar mencoba. Namun, karena zat yang dikonsumsi langsung berefek pada tubuh secara psikis maka semakin lama akan menjurus ke arah kecanduan," kata dia.
Dia melanjutkan, jika sudah dalam tahap kecanduan maka akan terjadi perubahan pola kehidupan dan berujung dengan masa depan yang hancur. "Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya," ucap dia.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila penggunaan narkoba itu membuat para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS. Hal ini disebabkan pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. "Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa," ucap dia. Namun, menurut dia, masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba.
Opini dan Saran :
Menurut saya, kejadian yang terjadi dari berita diatas merupakan kejadian yang sangat memprihatinkan. Karena banyak sekali pelajar yang terkena obat obatan terlarang tersebut. Kejadian diatas merupakan dampak negatif dari sosialisasi yang kurang bagus. Seharusnya para orang tua sebagai pendidik di rumah, lebih memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh anaknya.
Menurut saya, kejadian yang terjadi dari berita diatas merupakan kejadian yang sangat memprihatinkan. Karena banyak sekali pelajar yang terkena obat obatan terlarang tersebut. Kejadian diatas merupakan dampak negatif dari sosialisasi yang kurang bagus. Seharusnya para orang tua sebagai pendidik di rumah, lebih memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh anaknya.
0 comments:
Posting Komentar